Memilih Bahagia atau Susah

Bahagiakan kehidupan di hari ini. Sukseskan diri anda dengan membahagiakan hati anda hari ini. Orang bijak telah banyak berbicara mengenai ini, bahwa sukses sebenarnya bukan di ukur dari banyaknya anda mempunyai harta (rumah besar, mobil mewah, istri banyak, perusahaan besar, dsb).

Namun sukses sebenarnya adalah kebahagiaan kita dalam menjalani proses untuk mewujudkan keinginan atau cita-cita. Banyak orang yang sudah mempunyai tumpukan harta lebih dari lebih bukan lebih dari cukup lagi, tapi apakah mereka bahagia dan merasa sukses. Menurut penelitian di USA banyak di antara mereka, para enterprener yang punya perusahaan bersakla nasional masih merasa kekurangan, dengan kata lain ada sesuatu yang dirasa kurang dalam dirinya.

Untuk orang-orang kaya yang masih merasa selalu kurang itu apakah mereka bisa dikatakan sukses. Ternyata tidak, kita ingin jadi seperti yang mana? Kaya tapi susah, cukup tapi bahagia, atau kaya tapi bahagia. Semua itu adalah pilihan, dan masih banyak lagi pilihan-pilihan yang harus kita pilah-pilah. Untuk menjadi bahagia sudah tentu, harus kita hindari hal-hal yang menyebabkan hari-hari ini sedih, susah, cemas takut dan kawatir. Kuncinya hindari hari naas yang menjadikan nasib Anda pun menjadi nasib yang naas pula. Sebenarnya yang menyebabkan nasib naas Anda adalah Anda sendiri. Tanpa Anda sadari Anda telah berlarut-larut dalam hari yang naas.

Mungkin disebabkan masalah keuangan, rumah tangga (anak, istri, ortu, mertua) juga tetangga, atau teman kerja kita. Lalu bagaimana untuk menghindari masalah itu semua. Masalah yang tidak Anda inginkan tapi datang begitu saja tanpa di undang, karena Anda-lah sebenarnya yang menginginkan itu, tanpa Anda sadari. Dengan kata lain yang mengundang adalah hati, dalam ilmu hipnosis disebut sebagai pikiran bawah sadar. Maka dari itu setiap melakukan aktivitas apapun ajaklah hati anda, buatlah rasa nyaman di hati dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kalau belum merasa nyaman usahakanlah bagaimana agar bisa menjadi senyaman mungkin. Gunakan otak kanan dan otak kiri! Otak kiri untuk menganalisa (perasaan yang kacau), otak kanan untuk mencari solusi kreatif. Selaraskan kinerja kedua otak tersebut pada level gelombang (brainwave) yang sama, yaitu pada kondisi alfa.

Ini bertujuan untuk menyeimbangkan kinerja kedua otak. Kalau otak kiri telah menemukan sumber permasalahan maka otak yang kanan pun akan aktif melontarkan ide-ide kreatifnya. Seperti itulah kerjasama yang ada pada otak kita. Namun bila gelombang kedua otak tidak sama atau cenderung pada level beta, otomatis otak kiri akan mendominasi kinerja kedua otak tersebut. Solusi pemecahan masalah Anda pun akan sulit diperoleh. Kondisi alfa bisa Anda dapatkan setelah anda khusyu shalat (untuk seorang muslim), atau juga setelah Anda menghadirkan Tuhan pada saat melakukan ibadah lainnya sesuai agama Anda. Pada saat menjalankan ibadah seperti inilah Anda mengkondisikan semua organ tubuh Anda dalam keadaan sangat rileks (
deep relaxation), tanpa pikiran analisa apapun di otak kiri.

Seorang muslim lebih mengenal ini dengan istilah “tafakur” yaitu berdiam diri di masjid dalam keadaan suci dan lahir batin sambil mawas diri mencari ridhlo Allah. Merujuk dari film “
the secret” rasa gelisah timbul pada diri seseorang karena suatu aktivitas yang tanpa disadari sebenarnya bukan menjadi keinginan mendalam kita, tapi tetap dijalankan. Untuk itu, ketahuilah apa sebenarnya yang sungguh, sungguh, sungguh, anda inginkan. Pikirkan hal ini setelah Anda merasakan semua tubuh dalam kondisi rileks (level otak pada gelombang alfa), biarkan semua perasaan-perasaan negatif datang, terima apa adanya jangan menganalisa. Lalu izinkan juga perasaan-perasaan negatif itu pergi dengan sendirinya, seperti es yang mencair setelah dikeluarkan dari lemari es.

Rasa gelisah juga timbul karena suatu harapan yang belum tercapai, jika Anda tidak pandai bersyukur setiap harinya dalam mencapai harapan tersebut, otomatis hari-hari Anda akan di penuhi rasa gelisah, kawatir, dan takut. Apakah mungkin disebabkan gaji tidak naik-naik sehingga mobil impian kita tidak bisa terbeli, atau yang lainnya. Jika memang demikian maka ambil langkah ke dua, “sebenarnya untuk apa aku harus beli mobil impian” tanyakan pada diri Anda sendiri. Apakah memang tujuan itu sudah mulia. Kalau belum Anda harus mengubahnya menjadi tujuan yang mulia. Dengan begitu harapan yang ingin anda capai pun akan mudah terkabul. Fokuslah pada harapan mulia anda (misi anda), bukan pada tujuan tercapainya target keinginan saja (visi anda). Misalkan bila kita ingin jadi dokter, jangan terfokus pada bagaimana saya harus menjadi dokter dan berpenghasilan yang banyak, tapi fokuslah pada misi anda bahwa dengan menjadi seorang dokter saya akan berusaha menolong sesama untuk kemanusiaan.

Di dunia penjualan, jangan hanya memikirkan komisi besar yang bisa kita dapatkan, tapi alihkan fokus pada menolong sesama dengan memberi solusi permasalahan bagi perusahaan mereka. Katakan dengan jujur dari hati, jangan hanya mecari celah dengan segala cara bagaimana agar target penjualan tercapai. Begitupun dengan seorang guru, jika kita merasa mampu untuk mengajarkan ilmu yang kita peroleh, ajarkan saja dengan ikhlas dengan sehr bequem. Jangan berpikir “wah kalau begini jadi nggak cepet kaya dong” Sebenarnya pernyataan itu semua ‘amat sangat keliru sekali’. Jagad raya ini sudah di atur oleh hukum alam (sunnatulloh) yang tidak bisa di ganggu gugat, dan perlu kita ingat bahwa hanya dengan kuasa Tuhan-lah hukum alam ini tercipta. Para pakar ilmu fisika kuantum barat menyebutnya dengan istilah “The Law of Attraction”.

Ketika Anda melempar batu ke atas pasti akan kembali juga ke tanah, dan bila Anda menabur benih ke tanah maka dengan sendirinya dia akan tumbuh ke atas, seperti itulah hukum alam itu. Bumi memiliki hukum daya tarik yang disebut gaya gravitasi, manusia juga sebenarnya memilikinya, yang disebut dengan vibrasi perasaan. Seperti yang telah dijelaskan Erbe Sentanu dalam bukunya quantum ikhlas. Jika Anda mempunyai perasaan negatif, tanpa Anda sadari sebenarnya Anda sedang memancarkan sinyal negatif ke alam ini, untuk menarik hal-hal yang negatif pula. Apabila mindset kita hanya di install dengan damage software (pikiran & perasaan negatif) maka yang muncul adalah perilaku-perilaku negatif pula. Akhirnya hal-hal yang Anda inginkanpun akan menjauh dari yang Anda harapkan. Dan banyak hal negatif yang akan Anda dapatkan. Jadi pada intinya segala sesuatu yang kita kerjakan harus kita dasari dengan hati atau dalam ilmu pikiran disebut dengan pikiran bawah sadar.

Perlu kita ketahui juga bahwa sebenarnya yang bisa merasakan kebahagiaan itu adalah hati atau pikiran bawah sadar (istilah dalam ilmu hipnosis) bukan pikiran sadar (otak kiri), maka dari itu untuk membuat hari-hari kita bahagia lebih baik biasakan diri menggunakan hati dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Pertanyaannya, bagaimana kita men‘set’agar tindakan kita sesuai dengan hati atau pikiran bawah sadar? Bersyukurlah! ini caranya, setelah bangun di pagi hari jangan langsung berpikir pada pekerjaan yang menumpuk sepanjang hari itu yang semuanya belum selesai kita kerjakan. Akan tetapi ubahlah fokus pikiran anda hanya dengan rasa syukur saja, apa yang perlu di syukuri, cari saja apa yang membuat Anada merasa bersyukur. Kalau tidak ketemu dengan apa yang perlu kita syukuri, ingatlah bahwa Anda masih diberi kesempatan mengurus keluarga di hari ini, karena ternyata kita masih di beri umur yang panjang, bukti nyatanya kita masih bisa bangun di pagi hari. Dan itu semua terjadi hanya kuasa Tuhanlah yang membuat kita masih di panjangkan umur.

Bayangkan saja bagaimana jika anda malamnya tidur dan paginya tidak bangun-bangun. Siapa yang harus anda salahkan. Rileks, buatlah otak dan otot-otot tubuh ini menjadi rileks, dalam agama Islam kita mengenal adanya shalat subuh dan shalat duha. Kita bisa membuat rileks otak dan otot-otot ini dengan melaksanakan shalat tersebut. Laksanakan shalat itu sebelum berangkat kerja dengan khusyu, dan akhiri dengan doa selanjutnya pasrahkan segala urusan hari ini pada Tuhan. Begitu juga dengan agama lainnya bisa melakukan hal yang sama berdoa dan pasrah pada Tuhan sesuai dengan keyakinannya. Dengan menjalankan kedua hal tersebut maka otak kiri kita yang cenderung menganalisa dan berlogika itu akan sinkron dngan otak kiri kita yang cenderung hanya berpikir kreatif serta mempunyai intuisi yang dahsyat.

Setelah otak kanan dan kiri sinkron maka yang bekerja selanjutnya adalah hati, yang mempunyai fitrah suci, yang sanggup menerima apa saja kejadian di dunia ini. Dan yang selalu dekat dengan Tuhannya. Jika sudah demikian maka HATI-lah yang akan menjadi dasar kita melakukan aktivitas sehari-hari. Aura keceriaan, kegembiraan, dan kebahagiaan akan terpancar dari wajah anda pula, dan andapun sesuai “The Law of Attraction” akan memiliki wajah-wajah yang menyenangkan yang akan membuat bahagia orang lain juga. Hal ini sebenarnya sudah diterapkan mulai zaman nabi-nabi dahulu, seperti dalam salah satu hadist di ceritakan bahwa setelah shalat jum’at Kholifah Abubakar pernah hanya berdiri saja di depan pintu masuk masjid melepaskan pandangannya yang jauh di depan mata, yang seolah-olah mecari sesuatu yang berharga. Kemudian sahabatnya bertanya: "Ya Kholifah apa yang kau cari sebenarnya", Beliau menjawab: "aku mencari wajah-wajah yang menyenangkan, yang bisa menyejukan hatiku".

THE RULING PRINCIPLE OF MAN

Promise yourself to be so strong that nothing can disturb your peace of mind. To talk health, happiness and prosperity to every person you meet. To make all your friends feel that there is something in them. To look at the sunny side of everything and make your optimism come true. To think only of the best, to work only for the best, and to expect only the best. To be just as enthusiastic about the success of others as you are about your own. To forget the mistakes of the past and press on to the greater achievements of the future. To wear a cheerful countenance at all times and give every living creature you meet a smile. To give so much time to the improvement of yourself that you have no time to criticize others. To be too large for worry, too noble for anger, too strong for fear; and too happy to permit the presence of trouble. To think well of yourself and to proclaim this fact to the world, not in loud words but in great deeds. To live in the faith that the whole world is on your side so long as you are true to the best that is in you.

The purpose of the following pages will be to work out the subject chosen in the most thorough and practical manner; in brief, to analyse the whole nature of man, find all the forces in his possession,whether they be apparent or hidden, active or dormant, and to present methods through which all those forces can be applied in making the life of each individual richer, greater and better. To make every phase of this work as useful as possible to the greatest number possible, not a single statement will be made that all cannot understand, and not a single idea will be presented that anyone cannot apply to everyday life. We all want to know what we actually possess both in the physical, the mental and the spiritual, and we want to know how the elements and forces within us can be applied in the most successful manner. It is results in practical life that we want, and we are not true to ourselves or the race until we learn to use the powers within us so effectively, that the greatest results possible within the possibilities of human nature are secured.

When we proceed with a scientific study of the subject, we find that the problem before us is to know what is in us and how to use what is in us. After much study of the powers in man, both conscious and subconscious, we have come to the conclusion that if we only knew how to use these powers, we could accomplish practically anything that we may have in view, and not only realize our wants to the fullest degree, but also reach even our highest goal. Though this may seem to be a strong statement, nevertheless when we examine the whole nature of man, we are compelled to admit that it is true even in its fullest sense, and that therefore, not a single individual can fail to realize his wants and reach his goal, after he has learned how to use the powers that are in him.

This is not mere speculation, nor is it simply a beautiful dream. The more we study the lives of people who have achieved, and the more we study our own experience every day, the more convinced we become that there is no reason whatever why any individual should not realize all his ambitions and much more.

The basis of this study will naturally be found in the understanding of the whole nature of man, as we must know what we are, before we can know and use what we in inherently possess. In analysing uman nature a number of methods have been employed, but there are only three in particular that are of actual value for our present purpose. The first of these declares that man is composed of ego, consciousness and form, and though this analysis is the most complete, yet it is also the most abstract, and is therefore not easily understood. The second analysis, which is simpler, and which is employed almost exclusively by the majority, declares that man is body, mind and soul; but as much as this idea is thought of and spoken of there are very few who actually understand it. In fact, the usual conception of man as body, mind and soul will have to be completely reversed in order to become absolutely true. The third analysis, which is the simplest and the most serviceable, declares that man is composed of individuality and personality, and it is this conception of human nature that will constitute the phases of our study in this work.

Before we pass to the more practical side of the subject, we shall find it profitable to examine briefly these various ideas concerning the nature of man; in fact, every part of our human analysis that refers to the ego, simply must be understood if we are to learn how to use the forces we possess, and the reason for this is found in the fact that the ego is the "I Am," the ruling principle in man, the centre and source of individuality, the originator of everything that takes place in man, and that primary something to which all other things in human nature are secondary.

When the average person employs the term "ego," he thinks that he is dealing with something that is hidden so deeply in the abstract that it can make but little difference whether we understand it or not. This, however, does not happen to be true, because it is the ego that must act before any action can take place anywhere in the humansystem, and it is the ego that must originate the new before any step in advance can be taken. And in addition, it is extremely important to realize that the power of will to control the forces we possess, depends directly upon how fully conscious we are of the ego as the ruling principle within us.

We understand therefore, that it is absolutely necessary to associate all thought, all, feeling and all actions of mind or personality with the ego, or what we shall hereafter speak of as the “I Am.” The first step to be taken in this connection, is to recognize the “I Am” in everything you do, and to think always of the “I Am,” as being you -- the supreme you. Whenever you think, realize that it is the “I Am” that originated the thought. Whenever you act, realize that it is the “I Am” that gives initiative to that action, and whenever you think of yourself or try to be conscious of yourself, realize that the “I Am” occupies the throne of your entire field of consciousness.

Another important essential is to affirm silently in your own mind that you are the “I AM,” and as you affirm this statement or as you simply declare positively, “I Am” think of the “I Am” as being the ruling principle in your whole world, as being distinct and above and superior to all else in your being, and as being you, yourself, in the highest, largest, and most comprehensive sense. You thus lift yourself up, so to speak, to the mountain top of masterful individuality; you enthrone yourself; you become true to yourself; you place yourself where you belong. Through this practice you not only discover yourself to be the master of your whole life, but you elevate all your conscious actions to that lofty state in your consciousness that we may describe as the throne of your being, or as that centre of action within which the ruling “I Am “ lives and moves and has its being.

If you wish to control and direct the forces you possess, you must act from the throne of your being, so to speak or in other words, from that conscious point in your mental world wherein all power of control, direction and initiative proceeds; and this point of action is the centre of the “I Am.” You must act, not as a body, not as a personality, not as a, mind, but as the “I Am,” and the more fully you recognize the lofty position of the “I Am,” the greater becomes your power to control and direct all other things that you may possess. In brief, whenever you think or act, you should feel that you stand with the “I Am,” at the apex of mentality on the very heights of your existence, and you should at the same time, realize that this “I Am” is you -- the supreme you. The more you practice these methods, the more you lift yourself up above the limitations of mind and body, into the realization of your own true position as a masterful individuality; in fact, you place yourself where you belong, over and above everything in your organised existence.

When we examine the mind of the average person, we find that they usually identify themselves with mind or body. They either think that they are body or that they are mind, and therefore they can control neither mind nor body. The “I Am” in their nature is submerged in a bundle of ideas, some of which are true and some of which are not, and their thought is usually controlled by those ideas without receiving any direction whatever from that principle within them that alone was intended to give direction. Such a one lives in the lower story of human existence but as we can control life only when we give directions from the upper story, we discover just why the average person neither understands their forces nor has the power to use them.

They must first elevate themselves to the upper story of the human structure, and the first and most important step to be taken in this direction is to recognize the “I AM” as the ruling principle and that the “I Am” is you. Another method that will be found highly important in this connection is to take a few moments every day and try to feel that you -- the “I Am” -- are not only above mind and body, but in a certain sense, distinct from mind and body; in fact, try to isolate the “I Am” for a few moments every day from the rest of your organised being. This practice will give you what may be termed a perfect consciousness of your own individual “I Am,” and as you gain that consciousness you will always think of the supreme “I Am” whenever you think of yourself. Accordingly, all your mental actions will, from that time on, come directly from the “I Am”; and if you will continue to stand above all such actions at all times, you will be able to control them and direct them completely.

To examine consciousness and form in this connection is hardly necessary, except to define briefly their general nature, so that we may have a clear idea of what we are dealing with in the conscious field as well as in the field of expression. The “I Am” is fundamentally conscious: that is, the “I Am” knows what exists in the human field or in the human sphere and what is taking place in the human sphere; and that constitutes consciousness. In brief, you are conscious when you know that you exist and have some definite idea as to what is taking place in your sphere of existence.

What we speak of as form, is everything in the organized personality that has shape and that serves in any manner to give expression to the forces within us. In the exercise of consciousness, we find that the "I Am" employs three fundamental actions. When the “I Am” looks out upon life we have simple consciousness. When the “I Am” looks upon its own position in life we have self consciousness, and when the “I Am” looks up into the vastness of real life we have cosmic consciousness.

In simple consciousness, you are only aware of those things that exist externally to yourself, but when you begin to become conscious of yourself as a distinct entity, you begin to develop self consciousness. When you begin to turn your attention to the great within and begin to look up into the real source of all things, you become conscious of that world that seemingly exists within all worlds, and when you enter upon this experience, you are on the borderland of cosmic consciousness, the most fascinating subject that has ever been known.

When we come to define body, mind and soul, we must, as previously stated, reverse the usual definition. In the past, we have constantly used the expression, "I have a soul," which naturally implies the belief that “I am a body”; and so deeply has this idea become fixed in the average mind that nearly everybody thinks of the body whenever the term “me” or “myself “ is employed. But in this attitude of mind the individual is not above the physical states of thought and feeling; in fact, he is more or less submerged in what may be called a bundle of physical facts and ideas, of which he has very little control.

You cannot control anything in your life, however, until you are above it. You cannot control what is in your body until you realize that you are above your body. You cannot control what is in your mind until you realize that you are above your mind, and therefore no one can use the forces within them to any extent so long as they think of themselves as being the body, or as being localized exclusively in the body. When we examine the whole nature of man, we find that the soul is the man himself, and that the ego is the central principle of the soul; or to use another expression, the soul, including the "I Am," constitutes the individuality, and that visible something through which individuality finds expression, constitutes the personality. If you wish to understand your forces, and gain that masterful attitude necessary to the control of your forces, train yourself to think that you are a soul, but do not think of the soul as something vague or mysterious. Think of the soul as being the individual you and all that that expression can possibly imply. Train yourself to think that you are master of mind and body, because you are above mind and body, and possess the power to use everything that is in mind and body. www.bthompson.net/quotationlinks/yourforces.pdf

Prinsip

Prinsip-prinsip hidup adalah suatu keyakinan yang dianggap benar oleh setiap individu. Kayakinan ditimbulkan dari nilai-nilai yang diperoleh semasa manusia menjalani hidup di muka bumi ini. Selama manusia belum menemukan nilai-nilai yang cocok dengan hati nuraninya, mereka belum bisa menanamkan prinsip hidup yang kuat dalam dirinya. Sebaliknya jika nilai-nilai sudah ditemukan dan diaanggap benar maka prinsipnya akan kuat. Sehingga pribadi ini akan menjalani hidup dengan cara pandang atau paradigma yang kuat pula, sesuai dengan nilai-nilai yang mereka yakini. Orang-orang seperti inilah pada kanyataannya bisa menjadi pemimpin.

Ada
beberapa faktor nilai yang mempengaruhi terbentuknya prinsip seseorang. Antara lain adalah faktor agama dan ilmu pengetahuan. Untuk ilmu pengetahuan masih bisa dipilah-pilah lagi menjadi beberapa bagian, antara lain filsafat dan ilmu pasti. Beberapa faktor tersebut, nilai yang berpengaruh besar pada pembentukan prinsip seseorang adalah ilmu agama dan filsafat. Perlu kita ketahui juga bahwa ilmu filsafat itu pun ada yang berpedoman pada agama dan ada juga yang berpedoman materialis.

Seseoarng yang memiliki prinsip hidup berdasarkan agama, akan cenderung mengaktualisasikan hidupnya di dunia ini dengan melakuukan tindakan atau perilaku sesuai dengan tuntunan agama yang di anutnya, dan itu sudah pasti. Mereka mempunyai kontrol tindakan yang didasarkan pada aturan-aturan agama yang dianutnya. Orang yang memiliki prinsip hidup seperti ini tentunya akan dianggap orang yang beragama.

Ilmu agama itu luas, banyak makna-makna hidup yang terkandung di dalamnya. Agama bukan dogma namun agama adalah pengetahuan yang perlu di cerna. Bila seseorang hanya berpedoman pada dogma agama, akan sulit melestarikan semua kehidupan yang ada di dunia ini. Hal ini seperti halnya mempelajari agama untuk di jadikan prinsip tapi pemahanamannya hanya setengah-setengah, maka nilai-nilai agama yang diperoleh pun jadi keliru, dan pada akhirnya hanya berbekal dari pengetahuan dasar-dasar agama saja seseorang membentuk prinsipnya yang kaku. Orang seperti ini akan sulit menerima wawasan lain yang dirasa tidak sejalan dengan nilai-nilai yang terpatri dalam hatinya. Bahkan jika prinsip yang di anut sudah melekat kuat dalam dirinya, bagaimanapun mereka akan meninggalkan perbuatan atau perilaku yang tidak sesuai dengan keyakinannya sendiri yang di peroleh dari pelajaran agama yang setengah-setengah. Meskipun dalam pandangan orang lain tindakannya dianggap keliru, karena tidak mengindahkan perikemanusiaan. Dalam hal seperti ini
masyakat akan memberikan sebutan pada mereka orang yang terlalu fanatik agama.

Selanjutnya prinsip hidup seseorang yang di dasari pada nilai-nilai yang berpedoman pada filsafat agama. Orang yang memiliki prinsip hidup seperti ini cenderung lebih fleksibel dalam menjalani hidup di muka bumi ini disbanding dengan seseorang yang memiliki prinsip hidup yang berdasarkan nilai agama saja. Mereka bias menempatkan diri dimana saja dalm mengaktualisasikan hidupnya.
Orang seperti ini gampang beradaptasi dengan lingkungan barunya. Tindakannya selalu didasari pada niali agama dan akal budi pekerti manusia, karena prinsip hidup yang dianutnya pun berdasarkan nilai-nilai agama dan pengetahuan tentang tingkah laku manusia berdasrkan akal budinya. Jika mereka jadi pemimpin, ketika memutuskan masalah pun keputusannya mudah diterima masyarakat, karena pernyataan yang di lontarkan rasional. Terkadang juga sering di anggap nylenéh atau karepè dèwè. Anggapan ini akan terlontar dari orang-orang yang tidak satu prinsip dengan mereka, tentu saja ini dikarenakan nilai-nilai yang di yakininya sudah berseberangan. Kalangan muslim lebih sering memberi julukan mereka seorang sufi.

Satu lagi yaitu seseorang yang mempunyai prinsip hidup yang berpedoman pada nilai-nilai filsafat materialis. Lebih dasyat lagi orang seperti ini, kebanyakan orang yang memegang prinsip ini akan mempunyai pengaruh besar dalam memimpin. Contoh nyata Karl Mark, dengan pemikirannya yang berpedoman pada materialis ternyata bisa mempengaruhi jutaan orang Rusia dengan ajaran sosialis dan komonisnya. Kemudian di pakai juga oleh Hitler, bahkan presiden pertama kali kita juga pernah menerapkan ini. Terbukti negara yang menerapkan prinsip ini lebih maju dari negara lainnya. Lain halnya dengan India, negara ini terkenal dengan ajaran Weda dan Budha, karena itulah negara tersebut juga terkenal denagn para yogi yang tidur di atas paku dan hidup selama empat puluh hari hanya dengan sebiji kurma. Wajar saja bila negara ini begitu tertingal dalam kehidupan dan peradaban modern. Namun nilai-nilai materialis ini tidak berpengaruh pada orang yang sudah berpegang kuat pada contoh prinsip-prinsip hidup seperti contoh sebelumnya tadi. Jika pandangan hidup yang di berikan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang sudah di pakai maka penolakan pun akan terjadi juga. Seorang yang berprinsip seperti ini cenderung lebih leluasa dalam berperilaku alias bebas, karena tidak ada nilai-nilai agama yang bersifat mengatur hidupnya. Aturan yang di pegang hanya sebatas norma yang berlaku di masyarakat. Sekarang prinsip-prinsip mana yang kita pakai, untuk menjadikan kita tumbuh berkembang di dunia ini, saling menguntungkan dengan sesama, saling bekerjasama, dan alam semesta pun jadi lestari. Andalah yang memilih!

Be careful with your self-talk,

“Your self-talk the words that you use to describe what is happening to you, and
to discuss how you feel about external events, determines the quality and tone of
your emotional life” (Brian Tracy’s web site)

Andalah yang menjadi nahkoda pada diri anda, di situlah anda akan menyetir atau mengarahkan diri anda sendiri “mau jadi apa saya besok”. SUSAH, SEDIH, SENANG, BAHAGIA itu semua bisa anda pilih, anda mau memilih yang mana.

Kodrat manusia pasti menghindari ketidaknyamanan (susah, sedih, cemas dsb) jadi sudah bisa dipastikan bahwa manusia akan selalu memilih kebahagiaan. Jika anda sudah memilih bahagia tapi pada kenyataanya anda masih merasakan kesedihan, cemas dsb, itu sebenarnya self talk anda yang keliru.

Jangan berpikir masa depan ini mau jadi apa, masa depan tidak akan anda ketahui bahkan paranormal yang kondang sedunia. Karena masa depan sebenarnya adalah sekarang ini. Kebanyakan kita tidak sadar bahwa hari ini adalah masa depan kita hari kemarin, minggu lalu, bulan lalu, tahun lalu, 2 tahun lalu dst. Lebih jauh lagi kita bisa katakana bahwa sekarang ini adalah masa depan kita dari masa lalu kita ketika masih bayi yang hanya merangkak gak bisa apa-apa.

Masa lalu adalah kemarin, seminggu yang lalu, sebulan yang lalu, setahun yang lalu dst. Masa lalu tidak bisa kita ubah, jika anda menyesali semuannya yang terjadi di masa lalu, walaupun anda pikir-pikir sampai kepala ini keluar asap, apa yang terjadi dengan masa lalu tidak akan berubah.

Hanya waktu sekarang inilah yang bisa di kontrol, apa anda takut (trauma) dengan masa lalu, dan selalu cemas dengan hari ini atau sekarang ini. Ingat SELF-TALK anda, jangan anda bertanya pada diri sendiri dengan pertanyaan bodoh. Misalnya kenapa aku selalu ditinggalkan kekasihku, mengapa semua orang membenciku, itu semua akan terjawab oleh otak kita.
Hukum pikiran tidak bisa membedakan antara kenyataan dan masih dalam angan-angan.
Kalau kita tidak memahami self-talk kita mungkin jawaban yang di berikan pada otak kita malah akan menciutkan nyali kita untuk melangkah ke depan lagi. Mongkin dari contoh-contoh pertanyaan di atas, otak anda akan menjawab “memang aku ini orang yang jelek, memang aku ini tidak bisa memahami orang, atau memang aku orang yang bodoh dsb, yang pokoknya kalimat-kalimat itu berisi kata-kata negatif saja.

Jika anda tidak bisa memahami self talk anda, maka anda akan seperti yang anda katakan sendiri. Dan andapun tidak bisa berbuat banyak untuk melangkah ke depan meraih apa yang telah anda cita-citakan. Otak ini ibaratnya seperti keran air, jika kita berkata-kata negatif terus menerus cemas dan pesimis solusinya pun akan tertutup, Namun sebaliknya bila kita selalu optimis penuh semangat, bergairah otak kita pun akan terbuka dengan solusi-solusi pemecahan masalah.

Masa depan bisa kita lihat dengan moment kekinian, jika anda ingin tahu masa depan anda lihatlah sekarang ini. Sudah melakukan apa kita sekarang ini. untuk itu jangan mikir neko-neko. Bergeraklah dan cari banyak wawasan di hari ini. Orang banyak ilmu lebih mulia dari pada, banyak harta. Banyak harta kalau tak punya ilmu bisa bahaya, jadinya pok pentil ban sepeda (masuknya mudah keluarnya susah/kikir mecekir, cethil mbedidhil)
Jadi kenapa harus kawatir dengan masa depan kalau sekarang kita banyak ilmu dan sudah maksimal dalam berusaha. Sukses sebenarnya adalah bagaimana kita bisa tangguh menjalani proses mencapai cita-cita. Kata Bang Iwan dalam album suara hati, “Keinginan bukan hal utama yang utama adalah prosesnya”.