Prinsip

Prinsip-prinsip hidup adalah suatu keyakinan yang dianggap benar oleh setiap individu. Kayakinan ditimbulkan dari nilai-nilai yang diperoleh semasa manusia menjalani hidup di muka bumi ini. Selama manusia belum menemukan nilai-nilai yang cocok dengan hati nuraninya, mereka belum bisa menanamkan prinsip hidup yang kuat dalam dirinya. Sebaliknya jika nilai-nilai sudah ditemukan dan diaanggap benar maka prinsipnya akan kuat. Sehingga pribadi ini akan menjalani hidup dengan cara pandang atau paradigma yang kuat pula, sesuai dengan nilai-nilai yang mereka yakini. Orang-orang seperti inilah pada kanyataannya bisa menjadi pemimpin.

Ada
beberapa faktor nilai yang mempengaruhi terbentuknya prinsip seseorang. Antara lain adalah faktor agama dan ilmu pengetahuan. Untuk ilmu pengetahuan masih bisa dipilah-pilah lagi menjadi beberapa bagian, antara lain filsafat dan ilmu pasti. Beberapa faktor tersebut, nilai yang berpengaruh besar pada pembentukan prinsip seseorang adalah ilmu agama dan filsafat. Perlu kita ketahui juga bahwa ilmu filsafat itu pun ada yang berpedoman pada agama dan ada juga yang berpedoman materialis.

Seseoarng yang memiliki prinsip hidup berdasarkan agama, akan cenderung mengaktualisasikan hidupnya di dunia ini dengan melakuukan tindakan atau perilaku sesuai dengan tuntunan agama yang di anutnya, dan itu sudah pasti. Mereka mempunyai kontrol tindakan yang didasarkan pada aturan-aturan agama yang dianutnya. Orang yang memiliki prinsip hidup seperti ini tentunya akan dianggap orang yang beragama.

Ilmu agama itu luas, banyak makna-makna hidup yang terkandung di dalamnya. Agama bukan dogma namun agama adalah pengetahuan yang perlu di cerna. Bila seseorang hanya berpedoman pada dogma agama, akan sulit melestarikan semua kehidupan yang ada di dunia ini. Hal ini seperti halnya mempelajari agama untuk di jadikan prinsip tapi pemahanamannya hanya setengah-setengah, maka nilai-nilai agama yang diperoleh pun jadi keliru, dan pada akhirnya hanya berbekal dari pengetahuan dasar-dasar agama saja seseorang membentuk prinsipnya yang kaku. Orang seperti ini akan sulit menerima wawasan lain yang dirasa tidak sejalan dengan nilai-nilai yang terpatri dalam hatinya. Bahkan jika prinsip yang di anut sudah melekat kuat dalam dirinya, bagaimanapun mereka akan meninggalkan perbuatan atau perilaku yang tidak sesuai dengan keyakinannya sendiri yang di peroleh dari pelajaran agama yang setengah-setengah. Meskipun dalam pandangan orang lain tindakannya dianggap keliru, karena tidak mengindahkan perikemanusiaan. Dalam hal seperti ini
masyakat akan memberikan sebutan pada mereka orang yang terlalu fanatik agama.

Selanjutnya prinsip hidup seseorang yang di dasari pada nilai-nilai yang berpedoman pada filsafat agama. Orang yang memiliki prinsip hidup seperti ini cenderung lebih fleksibel dalam menjalani hidup di muka bumi ini disbanding dengan seseorang yang memiliki prinsip hidup yang berdasarkan nilai agama saja. Mereka bias menempatkan diri dimana saja dalm mengaktualisasikan hidupnya.
Orang seperti ini gampang beradaptasi dengan lingkungan barunya. Tindakannya selalu didasari pada niali agama dan akal budi pekerti manusia, karena prinsip hidup yang dianutnya pun berdasarkan nilai-nilai agama dan pengetahuan tentang tingkah laku manusia berdasrkan akal budinya. Jika mereka jadi pemimpin, ketika memutuskan masalah pun keputusannya mudah diterima masyarakat, karena pernyataan yang di lontarkan rasional. Terkadang juga sering di anggap nylenéh atau karepè dèwè. Anggapan ini akan terlontar dari orang-orang yang tidak satu prinsip dengan mereka, tentu saja ini dikarenakan nilai-nilai yang di yakininya sudah berseberangan. Kalangan muslim lebih sering memberi julukan mereka seorang sufi.

Satu lagi yaitu seseorang yang mempunyai prinsip hidup yang berpedoman pada nilai-nilai filsafat materialis. Lebih dasyat lagi orang seperti ini, kebanyakan orang yang memegang prinsip ini akan mempunyai pengaruh besar dalam memimpin. Contoh nyata Karl Mark, dengan pemikirannya yang berpedoman pada materialis ternyata bisa mempengaruhi jutaan orang Rusia dengan ajaran sosialis dan komonisnya. Kemudian di pakai juga oleh Hitler, bahkan presiden pertama kali kita juga pernah menerapkan ini. Terbukti negara yang menerapkan prinsip ini lebih maju dari negara lainnya. Lain halnya dengan India, negara ini terkenal dengan ajaran Weda dan Budha, karena itulah negara tersebut juga terkenal denagn para yogi yang tidur di atas paku dan hidup selama empat puluh hari hanya dengan sebiji kurma. Wajar saja bila negara ini begitu tertingal dalam kehidupan dan peradaban modern. Namun nilai-nilai materialis ini tidak berpengaruh pada orang yang sudah berpegang kuat pada contoh prinsip-prinsip hidup seperti contoh sebelumnya tadi. Jika pandangan hidup yang di berikan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang sudah di pakai maka penolakan pun akan terjadi juga. Seorang yang berprinsip seperti ini cenderung lebih leluasa dalam berperilaku alias bebas, karena tidak ada nilai-nilai agama yang bersifat mengatur hidupnya. Aturan yang di pegang hanya sebatas norma yang berlaku di masyarakat. Sekarang prinsip-prinsip mana yang kita pakai, untuk menjadikan kita tumbuh berkembang di dunia ini, saling menguntungkan dengan sesama, saling bekerjasama, dan alam semesta pun jadi lestari. Andalah yang memilih!

Tidak ada komentar: